Monday, September 1, 2014

Tak Lagi Sama :")

Hei, kamu. Iya kamu. Tahu nggak kalo aku sekarang lagi kangen banget sama kamu? Mengingat lagi akan semua kenangan kita yang nggak pernah lelah untuk aku coba lupakan. Tahukah kamu di sini aku selalu bertanya-tanya kenapa kita jadi serumit ini? Yang padahal, dua minggu sebelumnya kita masih tertawa bersama, bahagia bersama, oh maaf, maksudku mungkin hanya aku yang merasakannya.

Aku nggak pernah ngerti apa yang bikin kamu tega, tanpa memikirkan, tanpa mencoba mencari tahu apa yang salah sama diri kamu dan aku. Tanpa mencoba berhati-hati bertanya pada hati kamu. Apakah ini hanya perasaan sesaat aja.

Sadarkah kamu memilih meninggalkan aku hanya karena jenuh dan merasa ingin sendiri? Karena merasa kamu hampa saat bersamaku? Merasakah kamu bahwa nggak mudah untuk aku sampai disini, sampai di titik ini, level ini. Semua aku lakukan buat perjuangin kamu, buat perjuangin kita. Aku cuma kecewa kenapa kamu nggak meminta aku memberi kamu sedikit waktu untuk berfikir. Untuk memikirkan apa jalan keluar dari masalah hati yang kamu hadapi. 4 tahun, sayang. Nggak berartikah itu untuk kamu? Segala kesabaran aku, kesabaran kamu, kesabaran kita menghadapi semua cobaan untuk mempertahankan hubungan kita hingga di level ini.

Padahal, hampir satu tahun kita genap kembali lagi. Ingatkah kamu, kalau ini bulan September? Bulan dimana kita kembali dekat, dimana kamu pelan-pelan yakinin aku lagi bahwa kamu ingin aku temenin kamu ngelewatin semua masa sulit kamu. Yakinin aku, bahwa kamu pengen ubah mindset aku tentang "semua pria itu brengsek".

Dimana semua keyakinan kamu akan kita. Keyakinan akan kamu dan aku bisa ngelewatin ujian di tiap level dalam hubungan kita. Dimana semua keyakinan itu sekarang? Dulu, kamu yang memohon aku untuk tetap tinggal. Aku nggak ingkar. Aku hanya pernah hampir ingkar. Tapi aku tahu aku akan sama bodohnya seperti dulu kalau aku kembali ingkar. Tapi kamu? Sadarkah? Selama ini kamu yang minta aku untuk tetap nemenin kamu, ngelewatin masa-masa sulit dalam hidup kamu. Tapi nyatanya? Kamu sendiri yang ingkar. Kamu sendiri yang ninggalin aku.

Aku tau kamu berhak, sangat berhak untuk menentukan apa yang kamu pilih, apa yang kamu rasa bisa membahagiakan kamu. Aku tahu kamu memilih ninggalin aku karena kamu nggak ingin luka aku semakin lebar dan dalam. Makanya, kamu milih buat pergi sesegera mungkin sebelum kamu sakitin aku makin dalam lagi. Aku tahu yang kamu rasakan karena aku juga pernah merasakan jenuh yang sama. Walaupun kamu bilang, "tapi ini beda, Rhyy". Aku hargai keputusan kamu yang nggak ingin berpura-pura sayang sama aku lagi. Kamu, pria yang baik. Memilih jujur walaupun nyakitin aku, daripada membahagiakan aku tapi kamu berpura-pura. You're a real gentleman :")

Entahlah, aku sebenarnya hanya mencoba meyakinkan kamu agar kamu tidak menyesal nantinya, agar kamu dapat menghargai apa yang udah kamu milikin, apa yang udah kamu perjuangkan untuk dapetin apa yang dulu pengen kamu milikin (lagi).

Aku sadar aku udah ngga punya hak untuk hubungin kamu, karena aku nggak ingin di cap nggak tau diri. Jelas-jelas kita udah pisah dan kamu minta aku untuk cuekin kamu. Aku takut, padahal aku pengeeeen banget tau keadaan kamu. Kamu lagi ngapain, gimana aktifitas kamu hari ini, gimana kuliahnya, gimana kerjanya.

Aku cuma kangen, kangeeeen banget semua tentang kamu. Kangen dikasih semangat sama kamu, kangen diucapin selamat pagi sama kamu, kangen dipanggil sayang sama kamu, dipeluk, dijadiin sandaran, dijadiin tempat buat kamu ngelepas lelah, sampe...... dibawain kwetiau sama kamu tengah malem :")

Aku, kangen kamu, Jey :")

No comments:

Post a Comment