Tuesday, June 28, 2016

Masih Tentang Rindu

Aku rindu kamu yang sederhana. Lelaki yang apa adanya, yang tak sedikitpun mengubah dirinya hanya untuk dianggap dan diterima lingkungannya.

Aku rindu kamu yang selalu menunduk menekuri tiap petak ubin saat berjalan di koridor sekolah.
Aku rindu kamu yang selalu serius mendengar suara dalam headphone sambil menatap monitor di depanmu dengan seksama di lab Bahasa Inggris.
Aku rindu kamu yang menarik-narik tanganku untuk mengingatkan kewajibanku melaksanakan tugas piket. Aku rindu kamu yang meminjam buku PRku dengan malu-malu untuk kau cocokkan dengan milikmu.
Aku rindu kamu yang selalu melempar tugas menulis catatan dari guru di papan tulis hanya karena aku adalah satu-satunya sekertaris kelas.
Aku rindu mendengar tawaranmu untuk mencontek buku PR matematikamu, yang kau tahu, takkan pernah mungkin kuselesaikan.
Aku rindu melihatmu dengan seragam putih abu yang agak kebesaran, tas punggung army warna cokelat, juga sepatu hitam dengan satu garis merah di masing-masing sisinya.

Aku rindu kamu yang betah seharian duduk hanya untuk main dotA.
Aku rindu kamu yang dengan senang hati menunda sebentar keasyikanmu membaca komik favoritmu hanya untuk bertanya apa aku sudah makan atau belum.
Aku rindu kamu yang tiba-tiba ada di depan rumah dengan sekotak es krim rasa neapolitan dan beberapa batang cokelat dalam tas punggungmu.
Aku rindu kata maaf dalam pesan singkatmu di tengah malam karena kamu tak sengaja tertidur tanpa sempat pamit sebelumnya.
Aku rindu mengetahui tiba-tiba kau terjaga tengah malam hanya karena kau teringat belum dapat kabar dariku jika aku sudah selamat sampai di rumah.
Aku rindu kamu yang hafal apa-apa saja yang kusukai dan tidak, bahkan meski hanya sesepele asap rokok.

Aku rindu kamu yang sedikit banyak berbagi cerita denganku seputar kegiatanmu di kampus.
Aku rindu mendengar keluhmu akibat puluhan kardus yang kau angkat saat datang barang atau hal lain yang kau kerjakan di tempat kerjamu.
Aku rindu memantau suhu tubuhmu dari telapak tangkanku yang menempel di dahi lebarmu.
Aku rindu mencium tangan dan mengusap punggungmu setelah mengucap, "Hati-hati di jalan, ya. Kabarin kalau udah sampe di rumah." saat melepasmu pulang.

Aku rindu kamu yang jujur.
Aku rindu kamu yang gigih meminta maafku meskipun aku enggan.
Aku rindu kamu yang berani menyampaikan rindumu tanpa peduli berapa banyak pria yang mencoba membuka pintu hatiku selama kamu pergi.
Aku rindu kamu yang tak pernah rela melihat setetespun air mataku jatuh.
Dan aku, rindu kamu yang tak pernah meninggalkanku untuk orang lain.

Ya, semua ini masih tentang rindu.