Saturday, December 28, 2013

Maaf, Aku Jenuh.

* 1 message received *

"Kamu udah makan belum?"

Entah itu kalimat yang sama untuk ke-berapa ratus kalinya yang Dito kirim untuk Almira.

Dito adalah pacar Almira sejak SMA. Entah sudah berapa kali mereka putus-nyambung karena sifat Almira yang kekanakan dan memutuskan hubungannya dengan Dito secara sepihak.

Dito pria yang dewasa, sedernana dan baik, namun membosankan menurut Almira. Sedangkan Almira adalah gadis biasa, yang menurut orang-orang disekelilingnya, ia baik dan ramah namun sedikit menyebalkan. Egois, moody, dan terkadang emosinya meledak-ledak. Tapi Dito menyayanginya dengan tulus.

Almira tahu menjalin hubungan dengan Dito akan terasa sama walaupun kini mereka sudah beranjak dewasa. Intensitas waktu mereka untuk bertemu sangatlah jarang. Apalagi sekarang Dito tidak hanya bekerja, tetapi juga kuliah. Jadilah sebagian besar waktu Dito tersita untuk urusan pekerjaan dan kuliahnya.

"Udah"

"Tadi makan apa?"

"Makan nasi goreng"

"Aku juga makan nasi goreng, tadi. Kamu lagi apa?"

Almira makin badmood tiap kali membaca isi pesan yang sama dari Dito setiap harinya. Sampai-sampai ia hafal akan urutan dari semua pertanyaan Dito untuknya.

"Bisa nggak sih tiap hari nggak usah nanya itu terus, bosen tau ngga!".

Stuck. Dito termenung sesaat setelah membaca balasan terakhir dari Almira. Dito tahu bahwa Almira saat ini pasti sedang jenuh padanya. Namun ia tetap mencoba bersikap baik pada Almira.

"Iya, iyaa :)"

Almira mengacuhkan balasan pesan Whatsapp terakhir dari Dito. Almira bingung. Ia sebenarnya sedih saat merasakan bahwa dirinya sedang jenuh pada hubungannya dengan Dito.

Dihati kecil Almira, sesungguhnya ia hanya ingin merasakan seperti teman-temannya, yang selalu bisa bersenang-senang bersama pacarnya tiap saat yang ia inginkan. Jalan-jalan, nonton bioskop, belanja sampai dinner romantis hanya ada di khayalannya. Jangankan dinner romantis, untuk bertemu Dito pun rasanya sulit. Kadang Almira berpikir, apakah hubungannya dengan Dito sebaiknya disudahi atau tidak. Almira merasa lelah. Tapi disatu sisi Almira berpikir, Dito adalah pria yang baik yang selayaknya dipertahankan.

"Dito kan cowok baik. Ya, meskipun dia membosankan. Apa pantes gue memperlakukan dia kayak gini?"

Tak sadar Almira mengucapkan kalimat itu saat melihat mie instan yang dimasaknya overcook.

"Yah, mie gue....."

Almira membawa mangkuknya ke meja makan, kebetulan saat itu ia sedang sendirian dirumah. Karena sedang memikirkan banyak hal tentang Dito, selera makan Almira jadi hilang.

"Dito, Dito. Lo baik sih, tapi kenapa harus ngebosenin?"

* 1 message received *

"Hai, sayang :). Kamu lagi apa? Udah makan belum?"

Lagi-lagi isi pesan yang sama Almira terima dari Dito. Almira tak membalasnya.

* 2 messages received *

"Kamu kenapa sih, sayang? Lagi ada masalah? Cerita sini sama aku"

* 2 messages unread *

Almira langsung mendelete semua notifikasi Whatsapp yang masuk dari Dito, tanpa ia baca satupun.

Dito cemas. Tapi Dito tahu mengapa Almira tak membalas satupun pesannya.

"Mungkin Almira jenuh sama aku yang nggak pernah bisa bikin dia bahagia". Gumam Dito dalam hati.

Almira menyetel lagu-lagu kesukaannya di handphone. Sampai akhirnya terputarlah lagu David cook - Always Be My Baby. Ini adalah lagu favorit Almira. Almira selalu teringat pada Dito tiap kali mendengar lagu ini. Seketika Almira teringat 2 pesan Dito yang ia abaikan.

"Dito, maafin aku ya. Jujur, aku emang lagi jenuh sama kamu, sama hubungan kita. Makanya aku selalu ketus tiap bales Whatsapp kamu"

"Iya, aku tau kok, Al kalo kamu lagi jenuh sama aku. Aku kan nggak sehari dua hari kenal kamu, sayang :)"

Dito tak pernah ketinggalan menyertakan emoticon smile dalam tiap pesannya untuk Almira.

"Yaudah, kamu maunya gimana? Mau kita break aja? Yang pasti aku nggak mau kita putus. Aku nggak mau ngelepas kamu lagi kaya yang dulu-dulu. Aku tau kok aku nggak pernah bisa kasih kamu lebih kayak cowok-cowok yang lain. Aku cuma cowok biasa yang cuma punya sedikit rencana masa depan yang Insya Allah buat kita. Apapun terbaik menurut kamu, aku pasti lakuin kok"

Seluruh rasa sesak yang ada didadanya, coba Dito tahan sebisa mungkin. Dito adalah tipe cowok yang tak mau kesedihannya diketahui oleh siapapun, sekalipun itu Almira, pacarnya sendiri.

Tak terasa airmata Almira mengalir. Dito selalu bisa membuat Almira menangis dengan kata-katanya yang menyesakkan.

"Maafin aku ya, Dit. Aku tau aku salah. Nggak seharusnya aku giniin kamu. Aku emang kayak anak kecil. Nggak pernah bisa ngertiin kamu"

"Nggak apa-apa kok, Al. Kalo kamu marah, sedih, kecewa, keluarin aja. Nggak usah kamu pendem. Ya, walaupun aku nggak bisa selalu disisi kamu, aku masih punya waktu kok kalo untuk dengerin curhatan kamu. Maafin aku ya, Al. Aku nggak pernah bisa jadi apa yang kamu mau"

Almira semakin menangis sesegukan membaca pesan dari Dito.

"Yaudah ya, Dit. Kita nggak usah bahas ini lagi. Aku yakin kok bakalan ada banyak jenuh aku yang lainnya setelah ini. Mungkin aku bukan tipe cewek ekspresif yang bisa ngungkapin sayangnya setiap hari. Tapi yang penting kamu tau kalo aku sayang kamu, Dit"

"Iya, aku tau kok, Al. Udah ya jangan nangis lagi. Muka kamu jelek tuh kalo nangis, coba deh ngaca :p"

Dito mencoba sedikit bercanda dengan Almira.

"Ih, Dito. Kamu tau darimana aku nangis?"

"Mata aku kan disekeliling kamu, sayang. Ya aku pasti tau lah"

"Dito, aku serius"

"Ya, kan aku bilang. Aku nggak sehari dua hari kenal kamu, Almira Shafila :)"

*bersambung*