Saturday, December 28, 2013

Maaf, Aku Jenuh.

* 1 message received *

"Kamu udah makan belum?"

Entah itu kalimat yang sama untuk ke-berapa ratus kalinya yang Dito kirim untuk Almira.

Dito adalah pacar Almira sejak SMA. Entah sudah berapa kali mereka putus-nyambung karena sifat Almira yang kekanakan dan memutuskan hubungannya dengan Dito secara sepihak.

Dito pria yang dewasa, sedernana dan baik, namun membosankan menurut Almira. Sedangkan Almira adalah gadis biasa, yang menurut orang-orang disekelilingnya, ia baik dan ramah namun sedikit menyebalkan. Egois, moody, dan terkadang emosinya meledak-ledak. Tapi Dito menyayanginya dengan tulus.

Almira tahu menjalin hubungan dengan Dito akan terasa sama walaupun kini mereka sudah beranjak dewasa. Intensitas waktu mereka untuk bertemu sangatlah jarang. Apalagi sekarang Dito tidak hanya bekerja, tetapi juga kuliah. Jadilah sebagian besar waktu Dito tersita untuk urusan pekerjaan dan kuliahnya.

"Udah"

"Tadi makan apa?"

"Makan nasi goreng"

"Aku juga makan nasi goreng, tadi. Kamu lagi apa?"

Almira makin badmood tiap kali membaca isi pesan yang sama dari Dito setiap harinya. Sampai-sampai ia hafal akan urutan dari semua pertanyaan Dito untuknya.

"Bisa nggak sih tiap hari nggak usah nanya itu terus, bosen tau ngga!".

Stuck. Dito termenung sesaat setelah membaca balasan terakhir dari Almira. Dito tahu bahwa Almira saat ini pasti sedang jenuh padanya. Namun ia tetap mencoba bersikap baik pada Almira.

"Iya, iyaa :)"

Almira mengacuhkan balasan pesan Whatsapp terakhir dari Dito. Almira bingung. Ia sebenarnya sedih saat merasakan bahwa dirinya sedang jenuh pada hubungannya dengan Dito.

Dihati kecil Almira, sesungguhnya ia hanya ingin merasakan seperti teman-temannya, yang selalu bisa bersenang-senang bersama pacarnya tiap saat yang ia inginkan. Jalan-jalan, nonton bioskop, belanja sampai dinner romantis hanya ada di khayalannya. Jangankan dinner romantis, untuk bertemu Dito pun rasanya sulit. Kadang Almira berpikir, apakah hubungannya dengan Dito sebaiknya disudahi atau tidak. Almira merasa lelah. Tapi disatu sisi Almira berpikir, Dito adalah pria yang baik yang selayaknya dipertahankan.

"Dito kan cowok baik. Ya, meskipun dia membosankan. Apa pantes gue memperlakukan dia kayak gini?"

Tak sadar Almira mengucapkan kalimat itu saat melihat mie instan yang dimasaknya overcook.

"Yah, mie gue....."

Almira membawa mangkuknya ke meja makan, kebetulan saat itu ia sedang sendirian dirumah. Karena sedang memikirkan banyak hal tentang Dito, selera makan Almira jadi hilang.

"Dito, Dito. Lo baik sih, tapi kenapa harus ngebosenin?"

* 1 message received *

"Hai, sayang :). Kamu lagi apa? Udah makan belum?"

Lagi-lagi isi pesan yang sama Almira terima dari Dito. Almira tak membalasnya.

* 2 messages received *

"Kamu kenapa sih, sayang? Lagi ada masalah? Cerita sini sama aku"

* 2 messages unread *

Almira langsung mendelete semua notifikasi Whatsapp yang masuk dari Dito, tanpa ia baca satupun.

Dito cemas. Tapi Dito tahu mengapa Almira tak membalas satupun pesannya.

"Mungkin Almira jenuh sama aku yang nggak pernah bisa bikin dia bahagia". Gumam Dito dalam hati.

Almira menyetel lagu-lagu kesukaannya di handphone. Sampai akhirnya terputarlah lagu David cook - Always Be My Baby. Ini adalah lagu favorit Almira. Almira selalu teringat pada Dito tiap kali mendengar lagu ini. Seketika Almira teringat 2 pesan Dito yang ia abaikan.

"Dito, maafin aku ya. Jujur, aku emang lagi jenuh sama kamu, sama hubungan kita. Makanya aku selalu ketus tiap bales Whatsapp kamu"

"Iya, aku tau kok, Al kalo kamu lagi jenuh sama aku. Aku kan nggak sehari dua hari kenal kamu, sayang :)"

Dito tak pernah ketinggalan menyertakan emoticon smile dalam tiap pesannya untuk Almira.

"Yaudah, kamu maunya gimana? Mau kita break aja? Yang pasti aku nggak mau kita putus. Aku nggak mau ngelepas kamu lagi kaya yang dulu-dulu. Aku tau kok aku nggak pernah bisa kasih kamu lebih kayak cowok-cowok yang lain. Aku cuma cowok biasa yang cuma punya sedikit rencana masa depan yang Insya Allah buat kita. Apapun terbaik menurut kamu, aku pasti lakuin kok"

Seluruh rasa sesak yang ada didadanya, coba Dito tahan sebisa mungkin. Dito adalah tipe cowok yang tak mau kesedihannya diketahui oleh siapapun, sekalipun itu Almira, pacarnya sendiri.

Tak terasa airmata Almira mengalir. Dito selalu bisa membuat Almira menangis dengan kata-katanya yang menyesakkan.

"Maafin aku ya, Dit. Aku tau aku salah. Nggak seharusnya aku giniin kamu. Aku emang kayak anak kecil. Nggak pernah bisa ngertiin kamu"

"Nggak apa-apa kok, Al. Kalo kamu marah, sedih, kecewa, keluarin aja. Nggak usah kamu pendem. Ya, walaupun aku nggak bisa selalu disisi kamu, aku masih punya waktu kok kalo untuk dengerin curhatan kamu. Maafin aku ya, Al. Aku nggak pernah bisa jadi apa yang kamu mau"

Almira semakin menangis sesegukan membaca pesan dari Dito.

"Yaudah ya, Dit. Kita nggak usah bahas ini lagi. Aku yakin kok bakalan ada banyak jenuh aku yang lainnya setelah ini. Mungkin aku bukan tipe cewek ekspresif yang bisa ngungkapin sayangnya setiap hari. Tapi yang penting kamu tau kalo aku sayang kamu, Dit"

"Iya, aku tau kok, Al. Udah ya jangan nangis lagi. Muka kamu jelek tuh kalo nangis, coba deh ngaca :p"

Dito mencoba sedikit bercanda dengan Almira.

"Ih, Dito. Kamu tau darimana aku nangis?"

"Mata aku kan disekeliling kamu, sayang. Ya aku pasti tau lah"

"Dito, aku serius"

"Ya, kan aku bilang. Aku nggak sehari dua hari kenal kamu, Almira Shafila :)"

*bersambung*

Thursday, October 17, 2013

Masih Sehangat Dulu

Hei, pelukan ini rasanya tak asing. Tangan ini, bahu ini. Hangatnya masih sama, dan aku masih suka. Entah karena aku yang terlalu rindu bersandar dibahumu, atau memang bahumu terlalu nyaman? Aku tidak peduli :)

Sekian lama kita tak bertemu, aku tahu, kita bukan tak mencoba untuk saling melupakan. Saling memperlihatkan seolah kita baik-baik saja saat melepaskan satu sama lain, nyatanya tak membuat kita bahagia. Dan sekeras apapun kita berusaha menolak, nyatanya perasaan kita masih sama. Dan saat ini semuanya terjadi begitu saja. Bingung? Ya. aku juga sama sepertimu. Tak pernah mengerti mengapa akhirnya begini.

Aku hanya takut semua akan berakhir seperti dulu. Keegoisannku, hal utama dan yang paling sering membuatmu terluka. Maafkan aku karena membiarkanmu masuk lebih dalam lagi di kehidupanku. Maaf, karena aku selalu membuatmu lelah dengan keegoisanku. Dan maaf, karena rasa nyaman ini terlalu kuat hingga (masih) mengalahkan keinginanku untuk melihatmu bahagia dengan yang lain. Aku tahu kamu adalah yang terbaik untukku. Hanya saja, aku yang tak cukup baik untukmu.

Tapi Tuhan, disamping semua itu, terimakasih karena Engkau menciptakan pria sebaik dia untukku. Caranya memanjakanku, caranya mengistimewakan aku, caranya bicara padaku, membuatku nyaman saat berada di dekatnya. Dan terimakasih, karena bahunya masih sehangat dulu :)

Tuesday, September 17, 2013

Aku Tak Pernah Membencimu. Aku Hanya Mencoba Bersahabat Dengan Luka

Masih ingatkah kamu saat itu? Ya, tak terasa hampir setahun yang lalu. Kala itu tepatnya pertengahan bulan November. Namun aku tak begitu ingat ketika aku akhirnya bisa mengenalmu. Yang kuingat, selalu ada rasa sebal saat melihat wajahmu dulu. Tapi mungkin kamu terlalu sulit untuk peka. Peka untuk dapat membaca arti dari mimik wajahku saat melihat tingkahmu.

Sebal. Ya, berawal dari perasaan itu yang akhirnya entah kapan berubah jadi suka, kemudian sayang. Berawal saat kamu meminta nomor ponselku dan mencoba mendekatiku dengan obrolan-obrolan (sok) akrabmu. Mencoba memberiku segudang perhatian dan menawarkan tumpangan saat hendak berangkat dan pulang ke tempat tujuanku.

Aku tak tahu kapan tepatnya perasaan ini hadir. Perasaan nyaman yang membuat kita makin dekat. Rasanya, semua terjadi begitu cepat hingga akhirnya tiba-tiba kamu datang kerumah dan memintaku jadi pacarmu. Kaget bercampur bahagia mewarnai perasaanku saat itu. Kaget karena aku sadar awalnya aku membencimu, namun sekarang kebalikannya. Dan bahagia karena ternyata kamu punya perasaan yang sama.

Hari silih berganti, dan minggu berganti bulan. Aku masih merasa baik-baik saja dan bahagia denganmu. Aku tak ingat pasti apa permasalahan yang dulu memicu pertengkaran itu hingga akhirnya kita berpisah. Yang kuingat hanya setumpuk keegoisanku saat memaksamu untuk selalu mengerti aku. Sifatku yang menurutmu kekanakan. Yang selalu ingin dimengerti, namun tak pernah mencoba mengerti saat kamu berada di posisi yang sulit dan serba salah. Aku tak ingat apakah aku sedang PMS atau tidak, tapi entah kenapa aku marah sekali padamu. Mungkin rasa lelah menyulut emosi kita untuk berada dipuncaknya saat itu. Dan kamu bilang, kamu lelah kalau harus selalu mengalah.

Nyatanya memang benar bahwa penyesalan selalu datang belakangan. Setelah kamu menginginkan kita untuk berpisah, aku selalu berpikir untuk dapat memperbaiki semuanya. Kucoba untuk mengirim permohonan maafku padamu lewat pesan singkat. Mencoba menarik kembali kata-kataku yang membuatmu berhenti. Tapi semua sudah terlambat. Menangis sehari semalam pun takkan berguna untuk menarik kata-kata itu kembali. Tak pernah ada bosannya aku memohon maaf padamu setiap hari. Namun nihil, jangankan memaafkanku, membalas pesan singkatku pun kamu enggan. Sakit rasanya, saat  diabaikan oleh orang yang kita sayangi.

Seiring waktu berlalu, aku mencoba terbiasa tanpamu. Sangat sulit rasanya, sampai aku tak bisa berhenti menangis setiap malam. Cengeng memang, tapi aku tak pernah peduli. Aku selalu berdo'a pada Tuhan agar Ia memberiku kesempatan kedua, setidaknya untuk memohon maaf langsung padamu.

Tiba saatnya hingga aku merasa lelah. Lelah karena permohonan maafku tak pernah benar-benar kamu jawab. Lelah karena rinduku tak pernah kamu balas. Lelah karena selalu mendramatisasi efek dari perpisahan kita. Kadang aku berpikir, mungkin ini adalah caramu untuk membunuh perasaanku yang kamu tahu sudah tertanam begitu dalam.

Tak berhenti sampai disitu rasa sakit ini. Apalagi ketika kudengar kamu telah dekat dengan yang lain dan mengakuinya lewat percakapan kita beberapa waktu yang lalu. Sakit, amat sakit. Rasanya jantung ini berhenti berdetak beberapa detik. Dan hanya air mata yang mewakili bibir untuk mengungkapkannya, terlebih saat aku tahu bahwa dia yang merebut hatimu. Dia yang menawarkan dirinya sebagai mediator kita untuk kembali. Menjanjikan aku dan kamu pasti kembali. Ternyata, dia tak sepolos kelihatannya.

Setiap hari aku mencoba berpura-pura tegar. Mencoba dekat dengan yang lain, tapi nyatanya hatiku tak bisa. Perasaan ini tak bisa bohong jikalau celah-celah didalamnya selalu untuk kamu. Aku selalu mencoba untuk berpura-pura tak peduli, terlebih saat teman-temanku heboh mengadu padaku ketika mereka melihatmu menggandengnya. Memboncengnya dengan sepeda motormu yang kuingat dulu selalu aku yang berada diatasnya, dibelakangmu dan memelukmu dengan mesra sama persis seperti yang dia lakukan. Aku iri padanya, walau aku membencinya.

Jujur, aku tak pernah membencimu. Aku hanya mencoba bersahabat dengan luka. Berpura-pura bahagia walau nyatanya berduka. Berpura-pura benci walau nyatanya cinta. Berpura-pura tersenyum walau hatiku pedih melihat kenyataannya. Semua kepura-puraan ini hanya untuk menutupi luka di hatiku semata, yang kutahu takkan pernah hilang, walau selalu kucoba untuk mengobatinya.

Sudahlah, takkan ada gunanya menyesali apa yang telah terjadi. Sudah saatnya untuk aku melangkah melanjutkan hidupku. Mewarnai hari-hariku meski tanpa kamu dan mencoba mencari pengganti yang kuharap bisa lebih baik darimu. Diantara banyak kesakitan ini aku bersyukur, tandanya Tuhan sayang padaku. Memisahkanku darimu mungkin salah satu Rencana-Nya agar aku dapat bertemu orang yang benar-benar tulus dan layak kujadikan sandaran. Setidaknya pengalaman ini memberikanku pelajaran untuk menghargai hal-hal kecil yang kupunya. Menjadikanku Hamba yang senantiasa bersyukur atas segala Karunia-Nya. Termasuk kamu, dulu :)

Requested by: Rofiana

Monday, September 16, 2013

Bahkan, Untuk Merasa Ingin Jatuh Cinta (Lagi) Pun Aku Enggan

Entah kenapa cuaca rasanya lebih sering terlihat mendung daripada menunjukkan keakrabannya. Apa mungkin dia tahu yang kurasakan akhir-akhir ini? Ah, sudahlah, mungkin itu hanya sugesti.

Aku tak pernah mengerti, bahkan saat kucoba untuk mengerti pun rasanya sulit. Mencoba untuk mengerti maksud dari semua ini. Maksud dari perlakuan mu yang akhirnya membuatku banyak berpikir. Berpikir apakah aku harus menghapus semua tentangmu dengan segera, atau membiarkannya berlalu begitu saja. Semua hanya masalah waktu.

Ya. Aku tahu semua ini hanya masalah waktu. Aku tahu menghapus semua tentangmu tak semudah membalik tahu goreng yang dimasak Mama di dapur. Aku hanya bingung, bingung menafsirkan makna ketika kamu bilang kamu rindu padaku, namun tak pernah terbalas dan kamu sebut itu adalah ironi yang kamu buat sendiri. Mungkin kamu lupa, disaat kamu bilang kamu rindu padaku, apa pernah kamu menyapaku walau hanya dengan ucapan "Hai" dalam sebuah pesan singkat? Seingatku, tak pernah. atau mungkin aku lupa. Entahlah, aku tak mau berlebihan mengungkitnya.

Aku hanya tidak habis pikir, bagaimana bisa kamu bilang rindumu tak pernah kubalas? Bahkan, kalau untuk menyampaikan nya saja kamu enggan. Mungkin, kalau aku tak menyapamu lewat pesan singkatku lebih dulu kemarin, kamu tak akan menyapaku sampai Hari Raya Idul Fitri berikutnya tiba. Aku tak pernah meminta rasa rinduku kamu balas dengan hal yang sama. Aku hanya ingin kamu tahu, tak pernah sehari pun aku tak rindu padamu. Hanya saja aku malu untuk mengakuinya. Sampai akhirnya rasa rindu ini berada di puncaknya dan kurasa tak sanggup untuk memendamnya lebih lama, aku memilih untuk mengungkapkannya.

Senang rasanya, saat aku mengirim basa-basi-busuk lewat pesan singkat padamu dan kamu balas pesanku dengan ketikan emoticon-emoticon anehmu yang membuatku tersenyum. Lega rasanya, bisa menyampaikan rindu yang sudah tak terbendung ini padamu. Dan bodohnya, lagi-lagi aku merasa amat bahagia ketika aku tahu, kamu juga merasakan hal yang sama. Sempat aku berpikir, "Ah, mungkin ini hanya mimpi".

Ada rasa sedih bercampur bahagia, ketika kusarankan kamu untuk mencari yang lain yang bisa mengertimu, kamu bilang entah kenapa tak pernah bisa. Kamu bilang: "Bagaimana bisa aku bersama yang lain, jika yang kurasakan setiap harinya itu kamu, bukan dia. Jangankan hari ini. Kemarin, kemarin lusa, bahkan 3 tahun yang lalu pun aku ingat. Bagaimana bisa aku bersama yang lain, jika bersamamu terasa begitu berarti. Entah apa yang terjadi dengan otakku". Dan hal inilah yang membuatku bahkan, untuk merasa ingin jatuh cinta (lagi) pun aku enggan. Ah, lagi-lagi aku merasakan sesak yang sama.

Sampai akhirnya hari pun berganti. Keesokan hari dan lusanya kamu abaikan aku. Pikirku, "Ah, benar saja, semua itu hanya mimpi". Dan mencoba tersenyum sesudahnya. Aku mencoba berpikir positif atas apa yang kamu lakukan. Tapi entah mengapa setiap aku membaca thread percakapan kita sebelumnya, selalu ada rasa sakit yang tiba-tiba muncul di hatiku. Sampai akhirnya aku memilih untuk menghapusnya, yang kupikir dapat menghilangkan sedikit rasa sesak yang menggelayuti hatiku ketika membacanya. Nyatanya, rasa sesakku tak berhenti sampai disitu.

Aku selalu bicara pada hati kecilku, bahwa aku sangat menyesal membiarkan kamu tahu bahwa aku merindukanmu. Menyesal karena rinduku hanya kamu balas dengan percakapan singkat yang manis semalaman, yang pada keesokan harinya kamu lupakan. Andai saja kemarin lusa tak kucoba untuk memberanikan diri mengirimkan pesan singkat bodohku itu. Mungkin rasanya takkan sesesak ini.

Selalu ada hal baik dalam hal buruk yang bisa kita jadikan pelajaran. Aku amat menghargai keputusanmu jika kamu pikir dengan hal ini kamu bisa bahagia. Aku hanya berpesan, jaga dirimu, jaga hatimu, jaga ketulusanmu hingga kamu temui wanita yang pantas untukmu kelak. Terima kasih, karena pernah jadi yang terbaik dalam hidupku. Terima kasih, karena telah memberiku banyak memori indah selama kita bersama. Dan terima kasih, karenamu aku bisa belajar dari kesalahanku. Selamat tinggal, kamu yang begitu baik di hidupku :)

Sunday, September 15, 2013

Menjauh Pergi Dari Hidupmu

Entah kenapa selalu ada rasa sesak yang memenuhi ruang hatiku disaat aku ingat kamu, iya kamu. Kamu yang dulu pernah mengisi hari-hariku dengan segudang perhatian yang menurutku berlebihan. Kamu yang selalu jadi tempat bersandar disaat aku lelah. Kamu yang suka tiba-tiba datang membawa sekotak es krim dengan rasa kesukaanku. Kamu yang..... Ah sudahlah. Sepertinya tak akan pernah berguna menginginkan hal ini kembali.

Aku tahu aku adalah orang yang paling bodoh yang pernah menyia-nyiakanmu. Entahlah apa yang ada di pikiranku saat itu. Mungkin aku hanya sedikit lelah, atau mungkin sangat lelah? Aku yakin kamu tidak akan pernah mengerti atau mungkin enggan mencoba untuk mengerti. Aku tahu aku bukan wanita yang pantas untuk lelaki sebaik kamu. Aku sadar, bahkan sangat sadar akan hal itu sampai akhirnya kita berpisah. Ya, benar-benar berpisah. Dan dari perpisahan kita pun aku banyak belajar, bahwa kesempatan tak akan datang lebih dari 2 kali, bahkan hanya untuk sekedar memperbaiki.

Aku tak pernah berharap untuk bisa kembali. Kembali untuk jadi seseorang yang selalu kau rindukan, kembali untuk jadi seseorang yang bisa membalas pesan singkatmu dengan mesra, kembali jadi seseorang yang menurutmu "terbaik" walau nyatanya bukan. Tidak. Aku hanya berharap kita bisa jadi teman baik seperti dulu, jauh sebelum "rasa itu" hadir di hati ini, di hati kita berdua. Aku mencoba mengerti maksud hatimu untuk menjauh dariku. Mungkin semua itu kau lakukan karena tak ingin terluka dengan hal bodoh yang sama.

Mulai hari ini, detik ini. Akan kucoba untuk tak mengganggumu, walau hanya dengan sekedar update status cengeng saat mencoba untuk meng-kode-mu bahwa aku rindu padamu. Mulai hari ini, detik ini. Akan kucoba mengerti arti dari semua sikapmu. Sikapmu yang dingin, yang seakan tak peduli. Atau mungkin kau memang benar-benar tidak peduli? Entahlah. Namun aku hanya merasa sesak. Sesak yang kurasa selalu hadir saat aku mencoba berpura-pura tegar membiarkanmu pergi.

Tapi jika itu yang terbaik dan menurutmu bisa membuatmu bahagia, aku akan coba belajar. Belajar untuk menjauh pergi dari hidupmu. Belajar untuk tidak mempedulikanmu lagi seperti yang kau lakukan saat ini, walau kutahu akan sulit. Sulit rasanya percaya bahwa aku bisa menangis lagi. Menangis karena kesalahan yang kubuat sendiri. Menangis karena hal bodoh yang terulang berkali-kali.

Aku percaya, Tuhan pasti akan memberikan wanita terbaik untuk lelaki yang baik sepertimu. Jauh di dalam hatiku selalu ada do'a kecil yang kupanjatkan pada Tuhan untukmu. Keinginan kecil yang terucap dalam hati. Memohon agar kau selalu baik-baik saja disana, dan kelak akan bahagia dengan orang yang pantas :)

Aku hanya ingin mengucap maaf dan berterima kasih padamu. Maaf karena kesekian kalinya telah mengecewakan mu, mengecewakan lelaki sebaik kamu. Dan terima kasih karena pernah menjadikan aku yang terbaik dalam hidupmu. Terima kasih telah meluangkan waktumu untuk mendengar cerita-cerita anehku dulu. Terima kasih karena kamu menjauh pergi dari hidupku. Tunggu. Kenapa aku berterima kasih karena kamu menjauh pergi dari hidupku? Ya, karena saat kamu menjauh pergi dari hidupku, aku sadar bahwa takkan ada yang lebih baik darimu :)

aku, kangen kamu.....

Wednesday, August 28, 2013

Disaat Kangen Mantan

Gue percaya ada rasa sakit yang lo rasain di saat lo kangen sama makhluk nyebelin yang satu ini. Sebut saja dia: "Mantan". Kalo yang satu bisa move on dan dapet penggantinya sih gapapa, pasti yang satunya lagi cepat atau lambat bakalan move on juga. Lah kalo dua-duanya punya perasaan yang sama tapi ngerasa harus pisah demi nggak nyakitin pasangannya lebih lama, pandangan lo apa?

Entah ini suatu kebodohan atau apa. Yang jelas disini gue cuma pengen berbagi aja hal yang gapernah gue ceritain sekalipun ke temen deket gue. Karena gue tau ada beberapa hal yang lebih baik untuk di "keep" sendirian. Emang sih gue gak pernah cerita banyak soal perasaan ke temen deket gue. Eh tapinya malah sibuk curcol di socmed. Gue aneh? Emang!

Disaat kangen mantan adalah hal yang paling gue nggak harapkan. Karena betapapun gue nunjukkin kalo gue kangen sama dia, itu gak bakalan ngefek apa-apa. Yang ada malah bikin hati gue makin sakit dan ngerasa bersalah. Gue cuma kangen diperhatiin, diajak ngobrol, dan becandaan bareng. Emang salah ya? Ya kayaknya sih emang salah banget :|

Mungkin semua orang berpikir gue bodoh dan aneh. "Lu yang nyakitin, lu juga yang ujung-ujungnya kangen, hih". haha ngga apa-apa kok, gue sadar gue itu bodoh dan selalu nyusahin orang lain. Gue lebih banyak buruknya daripada baiknya. Gue sayang, tapi gue nggak mau buat dia terluka (lagi). Oke untuk yang ini gausah dibahas lebih lanjut.

Kalo gue lagi kangen sama dia, biasanya gue dengerin lagu yang bisa bikin gue nangis-nangis kece *lah
Lagu andalan gue : A Rocket To The Moon - Like We Used To. Suksesssss banget deh bikin bantal gue basah. Wait, wait, wait! Bukan basah iler woi! Tapi basah air.... Ah sudahlah.
Nangis emang nggak nyelesain masalah, tapi setelahnya beban gue rasanya berkurang. Dan gue bisa...... tidur dengan nyenyak.

Ya. Gue rasa gue salah karena ngebiarin dia tau kalo gue kangen sama dia. Kangen dicelotehin, kangen dibawelin, kangen dikirimin sms yang isinya minta maaf mulu *eh
Pokonya banyak banget hal yang gue kangenin dari dia yang nggak mungkin gue jabarin satu-satu. Emang dia itu aneh, tapi justru keanehan nya itu yang bikin gue kangen. Gue nggak mau berharap banyak. Yang gue pengen emang nggak simple sih. Gue cuma pengen kita berteman baik kaya dulu. Jauh sebelum kita saling sayang. Gue pengen banget liat dia cepet-cepet punya pacar, kalo perlu nikah. Biar gua ga kebayang-bayang terus kaya gini. Kesiksa banget rasanya bohongin perasaan sendiri. Tapi gue harus. HARUS. Karena dia pantes buat dapet yang jauh lebih baik.

Kenapa ga cari yang lain aja, sih?
Pertanyaan itu sekiranya udah seribu kali gue denger *okeinilebay* . Gue bukan tipe orang yang suka mencari. Gue sih ya let it flow aja. Tapi setiap ada yang mau flirting, gue selalu "mundur pelan-pelan". Gue pengen bilang kalo gue nggak tertarik buat flirting sama ini orang, tapi gue takut cara penyampaian gue salah dan nyakitin, alhasil ya gue kacangin aja. Bodo amat deh kalo gue dikira jahat :(

Asal tau aja, gue nggak pernah ngejawab pertanyaan temen-temen gue yang setiap gue datengin rumahnya selalu nanya "Pacar lo sekarang anak mana". Pasti gue senyumin aja, dan...... diem.

Emang bener, Tuhan gak pernah ngasih semuanya dengan gratis. Harus ada usaha dulu buat dapetinnya. Begitu juga sama cinta. Temen gue bilang: "Gimana lo mau punya pacar kalo lo cuma diem aja dan ngga pernah punya niat buat flirting sama yang lain. Bola itu ngga akan dateng kalo lo gak berusaha buat jemput dia". Dan Gue cuma bisa senyum trus diem deh. Gue bukannya nggak mau. Bukan. Gue cuma belum mau aja. Enggan buat ngebuka pintu hati lagi karena capek ngerasain gagal.

Gue percaya semua akan indah pada waktunya. "There's always something good in something bad" kalo kata update-an tweet yang kemaren nongol di TL gue. Pesan gue, kalo emang lo punya seseorang yang disayang, pertahankan dia betapapun itu terasa sulit. Karena sesuatu baru akan terasa sangat berarti di hidup lo setelah lo kehilangan :')

Thursday, August 22, 2013

Apasih Yang Lo Rasain Saat Patah Hati?

kemaren gue baca artikel di link ini:

m.detik.com/wolipop/read/2013/08/21/071747/2335755/1135/ini-reaksi-yang-terjadi-pada-tubuh-anda-ketika-patah-hati

Dan emang bener sih waktu ngalamin patah hati itu tetiba jantung kayanya nyesek banget. Entah patah hati karena jadi korban PHP, diputusin, mutusin, atau ditinggal nikah *yanginiceritanyacurhat*. Bahkan rasanya buat napes aja susah. Ya walalupun nggak ampe mati juga sih *iniserius*

Tapi tunggu dulu deh. Patah hati sama galau itu sejalur nggak sih? Beda genre atau nggak ya?

Buat gue patah hati atau galau itu manusiawi. Semua orang punya hak yang sama dan pasti ngerasain. Pacaran itu nggak melulu cinta-cintaan dan bahagia, Adakalanya lo ngerasain berantem, bosen, disakitin, diselingkuhin, capek hingga akhirnya memilih buat menyerah dan putus.

Gue bukan tipikel orang yang ngelawan patah hati, yang harus buru-buru move on biar keliatan menang di depan mantan. Oh, come on. Lo bisa lebih elegan dalam mengatasi rasa patah hati lo. Patah hati itu jangan dilawan, makin lo lawan makin doi gentayangan di pikiran lo. Flashback mah, flashback aja. Nangis mah, nangis aja. Let it flow, semua alami kok. Dan Jangan pernah ngerasa dunia lo berakhir saat lo putus sama dia.

Gue tipe orang yang tertutup sekalipun sama sahabat deket, gue lebih suka jadi pendengar curhatan orang lain. menurut gue mendem masalah gue sendiri itu lebih baik.

Gue emang pendengar yang baik. Tapi jujur aja gue suka sebel kalo yang curhat sama gue itu bikin gue ngerasa sia-sia ngeluangin waktu gue untuk dengerin curhat nya. Gimana enggak? Ampe juling mata gue baca thread curhatan dia yang setiap baris di enter. Penuh whatsapp gue sama "cerita duka" nya dia doang. Hahaha :D tapi tiap gue kasih masukan dia selalu bales "Tapi ini kak, tapi itu kak".

Gue tau dan gue juga pernah ngerasain keleeeees di posisi lo saat ini. gue aja bisa kok. Kenapa lo enggak? Gue emang bukan dari keluarga fanatik. Gue juga bukan hamba-Nya yang taat-taat banget kok. Tapi yang gue tahu, kita itu nggak boleh mencintai orang melebihi cinta kepada Allah swt :)

Basicly, tiap orang punya "sensitifitas terhadap perasaan" yang berbeda-beda. Ada yang emang jiwanya player, sampe-sampe ngerasain galau pun nggak pernah. Paling juga galau kalo duitnya abis buat ngajak jalan semua ceweknya tiap hari. Kasian. Ada juga yang saking cinta nya sampe butuh bertahun-tahun buat move on dari mantan nya. Kalo yang kayak gini biasanya yang pacarnya meninggal sih. Tapi percaya deh, selebar apapun senyum kita dan setegar apapun kita kelihatannya, atau Kekeuh kalo kita nggak galau dan bisa move on secepetnya, hati itu nggak akan pernah bisa bohong :')

Wednesday, August 21, 2013

Penyesalan? Akankah Ia Datang Lagi Setelah Kesempatan Kedua?

Penyesalan? Hal itu selalu aja menghantui gue. Terjebak di kesalahan yang sama, dengan orang yang sama. Entah gue yang salah atau keadaan? Atau mungkin gue yang selalu menyalahkan keadaan? Entahlah.

Oke. cukup untuk berbasa-basi-busuk. Gue cuma bingung gimana nuangin kisah gue dalam sebuah tulisan.

Ya. Namanya juga manusia. Malu untuk mengakui kesalahan nya. Tapi sih yang penting gue sadar kalo gue salah. Gue sadar kalo gue itu orang yang emosional.
Sekalipun dalam mengambil sebuah keputusan. Gue sadar gue bukan anak kecil lagi. Tapi entah kenapa sifat buruk itu susah banget untuk hilang.

Dulu, gue pernah nyia-nyiain orang yang baik banget. Hanya demi seorang playboy. Haha, konyol sih emang. Tapi dulu mungkin nggak terlalu gue anggap serius karena waktu itu gue masih SMP.
Ya.. dimana masa-masanya anak seumuran gue waktu itu mulai kenal apa itu "cenat-cenut" di hati waktu ketemu lawan jenis. Kadang kalo diinget-inget, suka bikin ketawa-tawa sendiri.

Awal kisah. Sebut aja dia Elang. Bukan nama asli ya. Cuma buat sebutan aja. Dia cowok yang biasa aja. Overall, dia baik. Dan gue tahu dia bukan tipe cowok brengsek. Tapi entah kenapa yang brengsek selalu menarik hati ya? Oke untuk manusia yang satu ini  sebut aja dia Perkutut. Dia ahli bikin melted hati gue yang dulu masih terlalu naif buat bedain mana yang tulus dan mana yang pura-pura. Karena emang gue ngerasa nyaman sama si Perkutut ini. Makanya gue pilih dia. Dan setelah gue masuk dalam permainan nya. Seketika itu juga gue dan Elang lost contact.

Dalam hati gue ngerasa bersalah banget.
Tapi yaudah lah. Pikir gue saat itu mungkin emang harus ada pilihan.
Sampai akhirnya gue sadar kalo yang gue pilih itu salah besar.

Ya. Andai waktu bisa diulang lagi.
Gue pengen kembali hanya untuk minta maaf. Bukan untuk menjadikan dia pacar gue. Tapi untuk minta maaf karena kebodohan gue yang nggak bisa liat ketulusan di hati dia. Dan sampai sekarang gue masih berharap semoga pasangan dia saat ini adalah yang terbaik buat dia. By the way, kamu apa kabar? hehehe :p

Oke. Balik lagi ke tittle tulisan aneh gue yang pertama ini "Penyesalan? Akankah Ia datang lagi setelah kesempatan kedua?"

Sebenernya si Elang ini bukan ide utama gue bikin tulisan ini sih. Tapi ada satu lagi seseorang yang lagi-lagi pernah gue kecewain karena sifat jelek gue yang tadi udah gue ceritain diatas. Sebut aja dia Merpati. Dia baik, baik banget bahkan lebih dari si Elang.

Awal kita deket sih gara-gara gue suka curhat nggak penting gitu ke dia. Tapi dia mau aja lagi dengerin :p . Gue lupa awal jadiannya gimana. Udah lama soalnya, waktu gue kelas 2 SMA. dan sekarang aja gue udah 2 tahun lulus dari SMA.

Menurut gue dia itu aneh. Gimana ya. Gue bingung ngedeskripsiinnya. Status nya pacar. Tapi kaya bukan pacar. Fase yang pertama ini sih nggak terlalu penting buat gue. Karena gue sama dia malah saling canggung kaya orang asing.
Dan gue juga lupa waktu itu putus nya gimana. Hehe pikun parah ya gue. Yang gue inget sih waktu gue deket lagi sama dia setelah kejadian putus yang nggak jelas itu.

Waktu itu ceritanya gue sama temen-temen gue ngadain acara buka bersama. Sebelumnya emang gue sama dia "mau-nggak mau" akhirnya contact-an karena rencana acara bukber ini.

Aduh sumpah deh gue kebanyakan lupa nya daripada ingetnya. Lupa sampe akhirnya jadian lagi gimana. Yang gue inget gue terima dia lagi dengan alasan gue pengen perbaikin kesalahan gue dulu yang udah mutusin dia dengan alasan yang gak jelas. nah itu dia penyesalan pertama nya.

Dia tau kalo mood booster gue itu es krim. Suka terharu kalo dia udah di depan rumah gue sambil bawa sekotak es krim. Gue bukan tipe cewe yang banyak pengen sih. Yang penting mah lo jangan senggol gue aja pas gue lagi sewot. Haha aneh ya gue.

Gue ngerasa ada beberapa perubahan di diri dia pas gue balikan lagi sama dia. Makin kesini makin berasa. Kata hati gue bilang : "Dulu dia nggak kaya gini deh"

ngga tau sih selepas satu sahun gue nggak ketemu dia, gue nggak tahu dia kenapa dan apa aja yang terjadi sama dia. Yang gue tau sih dulu dia nggak suka kongkow-kongkow malem. Dan dia dulu bukan smokers. Tapi kok kenapa sekarang berubah ya?

Setiap hari pertanyaan itu selalu ada di benak gue. Tapi yaudah lah, pikir gue semua orang pasti bakal berubah. Tapi jujur aja gue agak nggak suka sama kelakuan dia yang sekarang.

Selang beberapa bulan sih kita masih baik-baik aja. Sampe akhirnya kalo ngga salah waktu itu gue sakit gejala typus. Biasa deh karena kecapean lembur kerja :p  . Seinget gue, waktu itu gue sebel banget sama dia karena selama gue sakit dia nggak pernah jengukin gue. Dan yang bikin emosi gue ada di puncaknya, dia malah ngajak gue nonton. Gimana gue nggak kesel. Tau gue berhari-hari nahan sakit bukannya dijenguk malah diajakin nonton.  Asal tau aja sih, orang sakit itu maunya dimanja bukan diajak nonton :) . Berhari-hari dia sms, whatsapp, sama mention gue. Gue nggak bergeming. Gue cuekin terus sampe akhirnya dia capek sendiri ngehubungin gue dan akhirnya balik nyuekin gue. Mungkin dia juga kesel kali ya karena nggak ngerti gue kenapa.

Sampai akhirnya dia tanya mau gue apa.
dan gue jawab "Kayaknya kita lebih baik sendiri-sendiri dulu aja deh"

Nggak tau sih emang semua cowok bakalan jawab kaya apa yang dia jawab atau emang dia yang terlalu gampang melepaskan. Yang gue pernah tau sih kalo orang sayang itu bakalan di pertahanin. Tapi yang keluar dari mulut dia "Oke. Kalau itu buat lu bahagia"

Awalnya sih nyesek tapi di sisi lain gue ngerasa lega juga. Gue bosen banget denger dia selau minta maaf tapi nggak pernah ada action nya.

Dan perasaan menyesal itu hadir lagi. Tapi kali ini gue sadar gue gak boleh jatuh lagi di lubang yang sama. Terutama nyakitin hati orang yang sama cukup 2 kali aja dia ngerasain "nyesek" dari orang yang sama. Gue sadar gue bukan orang yang baik dan tepat buat dia. Gue suka nyesek sendiri kalo inget dia yang selalu ngalah buat gue. Dan gue ngerasa kalo ini nggak balance.

Gue yakin dia pasti bisa dapetin cewek yang lebih baik dari gue. Ini pilihan gue dan gue tahu konsekwensinya. Gue masih suka ngerasa bersalah sampe sekarang. Apalagi kalo liat tweet-tweet galau nya dia yang nongol di TL gue. Nggak tau sih sebenernya tweet itu dia tujuin buat siapa. Mana tahu kan sekarang dia udah punya gebetan atau mungkin pacar baru. Tapi gue suka ngerasa ketusuk aja kalo baca tweet-tweet galau nya dia. apalagi yang: "Kamu ngga kangen aku bawain es krim lagi?" . Nyess seketika nusuk langsung ke jantung.


Satu harapan gue buat dia sih. Semoga dia bisa cepet dapet cewek yang lebih bisa ngertiin dia. Bukan melulu dia yang ngertiin tu cewek. Semoga dia bisa bahagia. Saat gue tahu dia udah dapet kebahagiaan nya kelak, mungkin saat itu gue bisa lepas dari rasa bersalah gue yang panjang ini :)