Monday, September 16, 2013

Bahkan, Untuk Merasa Ingin Jatuh Cinta (Lagi) Pun Aku Enggan

Entah kenapa cuaca rasanya lebih sering terlihat mendung daripada menunjukkan keakrabannya. Apa mungkin dia tahu yang kurasakan akhir-akhir ini? Ah, sudahlah, mungkin itu hanya sugesti.

Aku tak pernah mengerti, bahkan saat kucoba untuk mengerti pun rasanya sulit. Mencoba untuk mengerti maksud dari semua ini. Maksud dari perlakuan mu yang akhirnya membuatku banyak berpikir. Berpikir apakah aku harus menghapus semua tentangmu dengan segera, atau membiarkannya berlalu begitu saja. Semua hanya masalah waktu.

Ya. Aku tahu semua ini hanya masalah waktu. Aku tahu menghapus semua tentangmu tak semudah membalik tahu goreng yang dimasak Mama di dapur. Aku hanya bingung, bingung menafsirkan makna ketika kamu bilang kamu rindu padaku, namun tak pernah terbalas dan kamu sebut itu adalah ironi yang kamu buat sendiri. Mungkin kamu lupa, disaat kamu bilang kamu rindu padaku, apa pernah kamu menyapaku walau hanya dengan ucapan "Hai" dalam sebuah pesan singkat? Seingatku, tak pernah. atau mungkin aku lupa. Entahlah, aku tak mau berlebihan mengungkitnya.

Aku hanya tidak habis pikir, bagaimana bisa kamu bilang rindumu tak pernah kubalas? Bahkan, kalau untuk menyampaikan nya saja kamu enggan. Mungkin, kalau aku tak menyapamu lewat pesan singkatku lebih dulu kemarin, kamu tak akan menyapaku sampai Hari Raya Idul Fitri berikutnya tiba. Aku tak pernah meminta rasa rinduku kamu balas dengan hal yang sama. Aku hanya ingin kamu tahu, tak pernah sehari pun aku tak rindu padamu. Hanya saja aku malu untuk mengakuinya. Sampai akhirnya rasa rindu ini berada di puncaknya dan kurasa tak sanggup untuk memendamnya lebih lama, aku memilih untuk mengungkapkannya.

Senang rasanya, saat aku mengirim basa-basi-busuk lewat pesan singkat padamu dan kamu balas pesanku dengan ketikan emoticon-emoticon anehmu yang membuatku tersenyum. Lega rasanya, bisa menyampaikan rindu yang sudah tak terbendung ini padamu. Dan bodohnya, lagi-lagi aku merasa amat bahagia ketika aku tahu, kamu juga merasakan hal yang sama. Sempat aku berpikir, "Ah, mungkin ini hanya mimpi".

Ada rasa sedih bercampur bahagia, ketika kusarankan kamu untuk mencari yang lain yang bisa mengertimu, kamu bilang entah kenapa tak pernah bisa. Kamu bilang: "Bagaimana bisa aku bersama yang lain, jika yang kurasakan setiap harinya itu kamu, bukan dia. Jangankan hari ini. Kemarin, kemarin lusa, bahkan 3 tahun yang lalu pun aku ingat. Bagaimana bisa aku bersama yang lain, jika bersamamu terasa begitu berarti. Entah apa yang terjadi dengan otakku". Dan hal inilah yang membuatku bahkan, untuk merasa ingin jatuh cinta (lagi) pun aku enggan. Ah, lagi-lagi aku merasakan sesak yang sama.

Sampai akhirnya hari pun berganti. Keesokan hari dan lusanya kamu abaikan aku. Pikirku, "Ah, benar saja, semua itu hanya mimpi". Dan mencoba tersenyum sesudahnya. Aku mencoba berpikir positif atas apa yang kamu lakukan. Tapi entah mengapa setiap aku membaca thread percakapan kita sebelumnya, selalu ada rasa sakit yang tiba-tiba muncul di hatiku. Sampai akhirnya aku memilih untuk menghapusnya, yang kupikir dapat menghilangkan sedikit rasa sesak yang menggelayuti hatiku ketika membacanya. Nyatanya, rasa sesakku tak berhenti sampai disitu.

Aku selalu bicara pada hati kecilku, bahwa aku sangat menyesal membiarkan kamu tahu bahwa aku merindukanmu. Menyesal karena rinduku hanya kamu balas dengan percakapan singkat yang manis semalaman, yang pada keesokan harinya kamu lupakan. Andai saja kemarin lusa tak kucoba untuk memberanikan diri mengirimkan pesan singkat bodohku itu. Mungkin rasanya takkan sesesak ini.

Selalu ada hal baik dalam hal buruk yang bisa kita jadikan pelajaran. Aku amat menghargai keputusanmu jika kamu pikir dengan hal ini kamu bisa bahagia. Aku hanya berpesan, jaga dirimu, jaga hatimu, jaga ketulusanmu hingga kamu temui wanita yang pantas untukmu kelak. Terima kasih, karena pernah jadi yang terbaik dalam hidupku. Terima kasih, karena telah memberiku banyak memori indah selama kita bersama. Dan terima kasih, karenamu aku bisa belajar dari kesalahanku. Selamat tinggal, kamu yang begitu baik di hidupku :)

No comments:

Post a Comment