Thursday, December 18, 2014

Whatever You Wanna Call it

Haha, lucu sekali ya. Ternyata hatimu mudah sekali dipatahkan meskipun sekian lama kamu membangun jembatanmu untuk keluar dari sana, berusaha mematikan seluruh kesakitanmu karenanya. Seketika, ketika tak sengaja melihat rayu mesranya pada wanita lain. Sudahlah, untuk apa menyimpan hal yang membuat hatimu makin tersakiti? Sudah jelas bukan? Kurang jelas apalagi? Bahwa hidupnya sudah benar-benar sempurna tanpamu. Biar dia bahagia dengan hidup barunya tanpamu. Biar dia bahagia dengan pujaan hatinya yang baru. Biar dia bahagia dengan cintanya yang baru. Apalagi yang kamu harap? Sudahlah, berhentilah berharap, berhentilah mengasihani diri sendiri. Lanjutkan hidupmu. Berhentilah untuk merasakan kesakitan hatimu, anggap saja kau hanya kehabisan nafas beberapa detik :)

Dan, selamat tinggal, juga terima kasih..
karena kini akhirnya aku yakin untuk melangkah :)

Thursday, December 11, 2014

Ketika "Kamu" Yang Ia Maksud Bukanlah Dirimu

Hari-hari berlalu begitu saja semudah merobek kalender sobek harian. Ya, semudah itu hari berganti tapi hidupmu tetap nggak beranjak. Nggak ingin pergi kemana-mana. Hanya ingin sendiri, menyepi, karena kamu percaya bahwa sendiri adalah satu-satunya yang terbaik untuk menghindarkanmu dari kesakitan berikutnya. Dan kalimat itu selalu terngiang : "Sometimes there are things you'd rather forget because they cause you too much pain." Dan lagi-lagi, nyatanya melupakan nggak semudah mengucapkannya. Ada saat dimana kamu mengingat kembali hal-hal pahit yang membuatmu sakit. Dan yang lebih menyakitkan, kamu nggak bisa melakukan hal apapun untuk mengurangi rasa sakitnya, terlebih disaat kamu melihat satu momen yang mengingatkanmu bahwa kamu sering melakukan hal itu dengannya. Yakinlah, bahwa nggak ada seorangpun yang ingin mengenang hal-hal yang menyakitkan dirinya.

One day, saat kamu dalam perjalanan pulang menuju rumahmu sepulang lelahmu bekerja, saat itu malam, sunyi, senyap, dan sialnya playlistmu tak sengaja memutar lagu "Daughtry - Life After You". Betapa indahnya malammu saat itu bukan? Atau mungkin sial? Atau mungkin justru kamu menikmatinya? Menantikannya? Karena setelah sekian lama kamu (berusaha) mengabaikannya sebagai upaya menyembuhkan lukamu, momen itu membuatmu mengingatnya kembali. Membuatmu merasa rindu padanya lagi. Salah? Entahlah. Maybe, it's just a feeling. Mungkin itu bisa disebut salah karena kamu merindukan orang yang salah, karena kamu merindukan orang yang telah jauh melupakanmu. Lebih tepatnya, melupakanmu untuk orang lain. Orang yang telah bahagia tanpamu, bahagia dengan hidup barunya tanpamu, bahagia ketika "kamu" yang ia maksud dalam setiap celotehnya bukan dirimu.

Mungkin ada satu harapan kecilmu menginginkan dia merindukanmu. Tapi sadarlah, dunia selalu mendatangkan hal yang bertolak-belakang dengan inginmu. Sadarlah, bahwa harapan hanya menghancurkan perisai yang sudah dengan susah payah kamu buat. Lagi, dan lagi.

Maka, menangislah. Menangislah hingga saking banyaknya air matamu, kamu mampu membentuk sebuah sungai, menangislah hingga kamu lelah dengan sendirinya. Setelah itu bangkitlah, bangun jembatan untuk keluar daripadanya, dan lupakan :)

Sunday, December 7, 2014

Glad To See You In Your Happiest Day

Entah kenapa tiap liat kakak aku yang satu ini, mengharu biru kalo inget ceritanya. Dari awal ketemu, dapet berbagai ujian yang nggak mungkin muat dijabarin di sini, sampe akhirnya mereka bisa bersanding bersama di pelaminan. From the bitterest, til' finally she get the sweetest! Dear God, may I have a happy ending like her, please.....

I'm so Glad to be there, to see her smile in her happiest day, to see a beautiful bride wearing her beautiful wedding dress, to see her smile when her husband held her hand, standing next to her and sang her a love song. That's the most romantic moment that I've ever seen! Kalah deh drama korea, ciyus. Yang nikah siapa yang ngeharu-biru siapa....

And well, kita hanya perlu percaya bahwa semua kepahitan yang kita alami dalam hidup hanyalah awal menuju chapter berikutnya. I remember when I asked her a long time ago: "Kak, kapan ya aku kayak kamu, punya pacar yang baik banget, sayang banget, ah, aku iri." and then she said: "Ka Tari juga nggak gampang, sayang, sampai di titik ini sama dia. Banyak banget cobaannya. Nanti kamu juga pasti dapetin yang terbaik buat kamu, sabar aja, tunggu waktunya aja."

Entah, rasanya seperti ada secercah cahaya waktu dia bilang kayak gitu. Intinya, gue haru banget liat dia di hari bahagianya. Haru liat semua kisah mereka yang jatuh bangun berakhir indah dalam ikatan pernikahan. Bahagia banget liat kakak aku yang cantik ini udah sah jadi seorang istri. Congratulations, Kak Tari & Bang Andri! Ready to begin a new chapter of life! Always together, forever. Allah bless you both :)