Sunday, April 10, 2016

1

Almira memejamkan mata sambil memeluk lengan Dito yang hangat, tempat ternyaman dari semua tempat yang pernah jadi favoritnya. Aroma white musk yang samar tercium dari kemeja kerja Dito membuat Almira mengeratkan lagi pelukannya.

"Aku nggak kemana-mana, kok, Al."

Bahagiaku hanya sebatas dipelukmu, Dit. Semoga bahagia ini selamanya. Walau kutahu takkan ada selamanya, setidaknya untuk saat ini dan beberapa saat kedepan yang kutahu, kamu ada.

Almira mengangguk, kemudian tersenyum. Bibirnya tak bergerak, hanya menimpali ucapan Dito dalam hati.

"Al... bangun."

Almira mengerjapkan matanya, samar-samar menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7.  Punggungnya terasa pegal karena semalaman tidur dengan posisi duduk bersandar pada matras dimana Dito terbaring lemah.

"Lo nggak pulang semalam? Semalam gue nggak bisa ke sini, nyokap sakit soalnya. Lo kenapa nggak telepon gue aja?"

"Eh? Kayaknya gue ketiduran, deh, Ras."

"Iya, gue tahu. Lo ngigau tadi. Ya udah, yuk, gue anter pulang. Muka lo pucet, tuh."

"Tapi, yang jagain Dito nanti siapa, Ras? Gue di sini aja, ah."

"Udah, nanti biar gue yang jagain Dito. Balik nganterin lo, gue ke sini lagi."

Almira diam, sejenak tampak berpikir. "Oke, deh."

"Nah, gitu dong." Firas tersenyum lega. Dan entah mengapa, tiba-tiba di hatinya ada rasa ingin menjaga dan melindungi gadis yang beberapa hari terakhir sunggingan senyumnya membuat Firas tak bisa tidur.

No comments:

Post a Comment