Wednesday, April 20, 2016

Mengapa Membenciku?

Mengapa membenciku? Sementara, kau sendiri yang pergi begitu saja dan meninggalkan luka. Mengapa membenciku? Sementara, justru kau sendiri yang sepertinya selalu dengan sengaja ingin menyakitiku meski kita sudah tak bersama. Mengapa membenciku? Sementara, ketika kau berkhianat pun aku tak pernah berusaha membalas sakitnya meskipun aku ingin.

Lalu, mengapa membenciku hanya karena aku masih menyayangi jiwamu yang jauh-jauh hari sudah pergi? Mengapa membenciku hanya karena langkahku masih tertatih-tatih sedangkan kau dengan mudahnya dapat berlari? Mengapa membenciku hanya karena aku belum bisa memeluk rasa keikhlasan? Mengapa membenciku hanya karena aku kecewa melihatmu berubah, dan... mati.

Tak puaskah? Tak puaskah jiwamu yang telah berubah bengis melihatku lemah dan kesulitan menahan tangis? Atau, kamu takut jika aku akan merengek seperti dulu untuk memintamu kembali? Maaf saja, tapi aku tak semenyedihkan yang kau pikir. Meski aku membiarkanmu tahu bahwa aku pernah dan masih merindukanmu, perihal bersama, memaksa bukanlah kuasaku, dan menghalalkan segala cara agar inginku tercapai bukanlah tabiatku.

Maka, andai suatu hari nanti kau butuh aku (lagi) dalam hidupmu, katakan saja sendiri, karena aku sudah selesai mengesankanmu.

Sesungguhnya hatiku percaya, sejauh apapun kaki kita melangkah, pun ke arah yang bertolak belakang, jika dalam takdir Tuhan kita memang digariskan bersama, jutaan gadis yang pernah membuatmu tertarik bahkan pernah membuatmu dengan sadar meninggalkanku, takkan mampu mengubahnya. Sebaliknya, jika dalam takdir Tuhan kita memang tidak digariskan bersama, sekuat apapun kita menopang bahu satu sama lain agar tak jatuh, semuanya pasti akan sia-sia.

No comments:

Post a Comment