Sunday, April 17, 2016

Kesia-siaan Rindu

Wajahmu masih dapat kulihat dengan jelas, meski kita hanya sesekali saja bertemu dalam momen-momen tertentu yang tidak kita rencanakan berdua. Meski hanya memandangmu dari radius beberapa meter atau bersalaman singkat seolah tak pernah terjadi apapun diantara kita, dapat kupastikan bahwa keadaanmu lebih baik dari yang kukira.

Meski kutahu bahwa yang kutatap setahun kebelakang bukanlah dirimu, berkenankah kau hadir agar aku dapat memelukmu sebentar saja? Aku, hanya ingin mengenang beberapa saat tempat yang pernah jadi favorit kita masing-masing untuk melepas lelah. Mengenang beberapa saat tempat dimana kita pernah saling menghangatkan selepas kehujanan. Mengenang beberapa saat bahwa aroma kemeja kerjamu pernah membuatku ingin berlama-lama kau peluk. Mengenang beberapa saat bahwa usapan di ujung kepalaku diantara pelukmu yang begitu erat pernah jadi obat paling mujarab saat aku sakit. Dan, hei, bukankah kamu juga menyukai usapan di ujung kepalamu sama sepertiku?

Aku senang bermimpi. Aku senang bisa berada sebentar di dalamnya, meski kutahu bahwa kita tak bisa hidup selamanya di sana. Rangkaian gambar bergerak berdurasi singkat dalam tidur yang mempertemukanku denganmu itu selalu jadi bahagia yang membuatku tak ingin bangun pagi. Meski di sana kamu hanya mematung, tak mengajakku bicara sedikitpun, menatapku dengan enggan bahkan terkesan muak, hingga meninggalkanku jauh di belakangmu karena langkah kakimu yang begitu cepat, aku tetap mensyukurinya karena momen itu tak bisa setiap hari kudapat.

Mengapa tak merangkai mimpi yang lain? Mengapa tak merangkai cerita yang lebih baik dari ini? Mengapa tak mencari kebahagiaan dari kebaikan lain yang masih hidup? Semua tanya itu tak sekali dua kali mampir di telinga. Aku tahu ini salah, bahkan sebagian orang menganggapnya kebodohan. Tapi yang kurasa, aku hanya lupa bahwa rasa nyamanku tak berpindah selama bertahun-tahun. Aku lupa, bahwa perasaan yang kita sebut cinta seringkali membuat kita hilang nalar. Kadang aku lupa, bahwa orang yang sudah mati tak akan bisa bangkit kembali, tak akan hidup lagi. Dan meski perasaan yang tak pernah bisa hilang digerus waktu sekian tahun ini diremuk bahkan diinjak-injak, aku masih saja lupa, bahwa merindukan seseorang yang sudah mati itu sendiri adalah kesia-siaan.

No comments:

Post a Comment