Friday, March 11, 2016

Penantian (2)

Mimpi indah Almira seketika buyar saat refrain lagu Still Into You - Paramore menggema dari ponselnya. Gadis berlesung pipit itu meracau sendiri, kesal karena tidurnya yang baru berlangsung selama 4 jam itu terganggu.

Ini kan hari sabtu, bisa-bisanya gue lupa buat non-aktifin alarm! Keluhnya sambil menguap, lalu mengerjapkan matanya yang sayu, khas orang yang baru saja bangun tidur.

Almira melirik jam dinding yang kini menunjuk angka 7 dengan sebelah mata. Seberkas cahaya dari jendela kamar yang tirainya sudah di buka mama pagi-pagi buta itu kini terasa sangat menyilaukan. Almira membaringkan dirinya kembali dalam balutan selimut beludru tebal warna hijau toscanya, mencoba menikmati sisa-sisa jam tidur yang ia rasa masih bisa didapat.

+6285710110XX
Calling...

Ponsel yang terbaring di atas meja di samping tempat tidurnya itu kembali berdering, namun kini melantunkan refrain lagu yang berbeda dari sebelumnya. Almira membenamkan kepalanya dibalik bantal berbentuk buah stoberi kesayangannya, lalu berteriak,

Ya, ampun! Apaan, sih?! Ini hari sabtu dan masih jam 7 pagi!

Almira mengulurkan tangannya, meraba permukaan meja di samping tempat tidurnya dengan hati-hati, kemudian mengambil seonggok benda yang sudah mengganggu pagi santai di awal akhir pekannya.

"Halo?! Ini siapa, sih?!" Sapa Almira ketus.

"Sori banget, Al, kalo gue ganggu lo sejak semalem." Suara cowok terdengar dari seberang sana. "Ini gue, Firas. Masih inget?" Lanjutnya.

"Fi-ras?" Mata sipit Almira langsung terbelalak saat suara di ujung teleponnya menyebutkan nama. "Ini... Firas sahabatnya Dito?" Lanjutnya dengan debar jantung yang berubah tak keruan.

"Ada hal yang mau gue sampein, tapi nggak bisa lewat telepon. Lo ada waktu nggak siang ini?"

Almira mematung beberapa detik. Masih bertanya-tanya, hal apa yang membuat sahabat Dito itu ingin bertemu dengannya. Firasat Almira berkata, sesuatu yang buruk telah terjadi pada pria yang saat ini masih memegang penuh kendali atas hatinya.

"Iya. Bisa, kok. Kita ketemu di Kafe Dekofi aja, ya. Jam 1 siang."

"Oke."

Tut...Tut...Tut...

Sambungan telepon dimatikan oleh Firas lebih dulu.

Almira bangkit dari tempat tidur, lalu duduk di kursi meja riasnya. Ia meremas-remas jarinya, gusar memikirkan apa yang ingin Firas sampaikan padanya siang nanti.

Ya Allah, semoga nggak terjadi hal yang buruk padanya, batinnya memohon pada Sang Ilahi, berharap doa di awal paginya di ijabah.

No comments:

Post a Comment