Monday, January 9, 2017

Sekelebat Tentangmu

Aku sering tersenyum sendiri saat tiba-tiba segala hal tentangmu yang dulu melintas. Ya, begitu saja kau hadir di memoriku. Sekelebat lewat saat aku sedang melamun, saat aku bosan dan bingung hendak melakukan apa di sela-sela jam kerjaku yang terasa begitu panjang menuju pulang. Saat aku duduk sambil bertopang dagu di antara lalu-lalang pengunjung mall yang kulihat, di sana kau ada. Tubuhmu yang tak setinggi sekarang, senyummu yang kikuk namun hangat, wajahmu yang penuh jerawat, alismu yang setebal ulat bulu, ekspresimu saat dipukul guru Bahasa Inggris kita, bicaramu yang agak terlalu cepat, cara berjalanmu yang... Bagaimana aku mendeskripsikannya, ya? Ah, entahlah. Karena sebenarnya itu bukan hal utama yang ingin kutulis.

Biasanya kau hadir di antara langit sore yang berwarna merah jambu, langit cantik yang biasa kusebut pink sky. Di antara matahari yang berubah oranye, yang perlahan tenggelam menuju barat. Di antara gaduhnya tabuh drum dan dentum bass yang mengalun melalui sepasang earphoneku, yang sebagian kecilnya ada lagu dari band favoritmu juga. Di antara angin yang bertiup kencang saat hujan. Di antara bising yang berasal dari atap rumahku yang dihujam rintik massal. Di antara ruang waktu yang tak kusadari sudah berjalan ratusan hari. Entah ini keberapa kalinya aku merindukanmu setelah ribuan kali menyangkal dan berkata akan mengakhirinya. Tapi, bukankah rindu berhak datang kapan saja? Selama aku tak mengusik hidupmu yang bahagia dan berjalan begitu baik selepas kita tak bersama lagi, hal itu tak jadi masalah, kan?

Anggaplah kali ini kau duduk bersila di hadapanku, dengan wajah lelah selepas harimu yang panjang karena kuliah pagi buta dan bekerja setelahnya. Anggaplah kali ini aku hendak berceloteh panjang lebar dan kau bersedia mendengarnya meski entah kau benar-benar mencernanya atau tidak, karena saat mendengarku bercerita, jarimu biasanya tak berhenti bergulir meretweet post dari akun-akun selebtweet yang kau follow. Anggaplah kali ini kau berada di sisiku. Anggaplah kali ini kita masih bersama.

Aku sudah biasa terlelap tanpa Bo di sisiku. Aku tak menyadari kapan aku bisa benar-benar tertidur tanpa memeluknya. Mungkin, karena akhir-akhir ini aku terlalu asik menonton tiap episode drama Korea favoritku hingga ketiduran, memaksa terus menontonnya meski mataku sudah lelah dan masih tak menyerah hingga pukul 3 pagi datang. Padahal, saat aku merindukanmu, aku biasa mencarinya untuk kupeluk. Yang kemudian kuajak bicara tentang hal-hal darimu yang tak pernah ingin kuhapus, meski itu hanya berbisik.

Aku juga sudah biasa merasa kosong. Begitu saja hidupku berjalan tanpa ada hal yang dapat membuatku antusias. Jika ada hal yang bisa mengalihkan perhatianku dari sesuatu yang pada akhirnya membawa memoriku terbang ke masa lalu, mungkin hanya Gong Yoo, Kim Young Kwang, Kim Woo Bin, Ji Chang Wook, Song Joong Ki, dan mereka yang lain, yang membuat wajahku berseri-seri tiap kali melihatnya. Sisanya, setelah satu episode berakhir dan aku tak punya stok episode selanjutnya untuk ditonton, duniaku akan kembali seperti semula.

No comments:

Post a Comment