Friday, January 15, 2016

Tentang Rindu

"Sesak adalah salah satu cara kenangan menegurmu untuk tidak coba-coba menimbun rindu." - Ikram Wahyudi

Merindukan seseorang kerap kali menyenangkan selama ia masih jadi bagian penting dari hidupmu. Dan, semua terasa cukup walau hanya dengan sebuah peluk, genggam tangan, atau kecupan di ujung kepala saat melepasnya.

Tapi, masihkah itu terasa menyenangkan saat kau hanya serpihan masa lalu tak bermakna yang lenyap dengan satu tiupan kecil? Saat tujuan hidupnya tak lagi padamu. Saat debar jantungnya bukan lagi untukmu. Saat matamu bukan lagi tempat berteduhnya. Saat genggam tanganmu tak lagi dirindunya. Saat posisimu di hatinya tergantikan orang lain. Saat langkah kakinya sudah melesat jauh, tanpa sudi ia menoleh hanya untuk melihatmu yang tengah berjalan tertatih-tatih.

Rindu seringkali membuatmu bertanya-tanya, haruskah semua yang kau pendam itu kau sampaikan? Selalu ada bimbang antara ya dan tidak. Hatimu bilang ingin, tapi otakmu tak pernah setuju dengannya karena dulu hari merasa pernah menyampaikannya, namun tak diindahkan.

Begitu saja, sampai rindu-rindu yang terabaikan tertimbun di bawah egomu, sementara rindumu yang kau timbun tadi kian hari kian membukit. Begitu saja, hingga kau bisa mencium siku tanganmu. Begitu saja, hingga pelangi muncul diantara bulan dan bintang. Begitu saja, hingga ilalang yang kau tanam bertumbuh jadi padi.

Rasa rindumu tak salah. Hanya saja, masih sanggupkah kau menimbun sesak karena tak mendapat rasa rindu yang sama?

Dan... sesepele itukah rindumu baginya?

"Kau tahu aku merelakanmu. Aku cuma rindu, aku cuma rindu. Takkan mencoba tuk merebutmu. Aku cuma rindu, itu saja." - The Rain, Gagal Bersembunyi

No comments:

Post a Comment