Wednesday, January 15, 2014

Maaf, Aku Jenuh (Part 2)

Sudah beberapa minggu Dito tak ada kabar. Memang semenjak Almira bertengkar dengan Dito, Dito lebih memilih untuk diam dan memberikan Almira keleluasaan untuk menenangkan diri.

"Entahlah aku nggak tau mau kamu apa, Dito. Aku capek". Gumam Almira dalam hati, sembari meneteskan air matanya.

Almira sadar bahwa ia salah. Tapi ia selalu merasa ragu untuk meminta maaf lebih dulu. Ia bingung harus memulainya dari mana. Entahlah apa yang sedang terjadi antara Almira dengan Dito.

Almira terlihat semakin tak bersemangat setiap harinya. Namun ia mencoba untuk menjalani hari-harinya seperti biasa, seakan tak ada masalah.

"Yaudahlah, let it flow aja. Terserah aja apa maunya dia. You're strong enough, Almira". Ucap Almira sembari mengepalkan tangannya saat ia sedang bercermin.

Almira duduk di meja belajarnya dan membuka buku diary yang telah lama ia abaikan, mungkin sudah 3 tahun lamanya, lembar-lembar di dalamnya tak ia tulis dengan cerita konyolnya.

Kamis, 9 Januari 2014
Dear, diary.
Maaf ya aku baru nulis lagi, abis aku nggak tahu apa yang harus aku bagi sama kamu. Karena apa yang pengen aku ceritain, pasti semua aku ceritain ke Dito. Iya, Dito teman SMA-ku dulu itu loh, yang nyebelin. Kamu pasti tahu kan. Aku bingung kenapa kami selalu memaksa untuk bersama, padahal kami tahu semua akan jadi rumit. Entah ini cobaan, atau hanya perasaan aku aja. Aku sayang sama dia, tapi kenapa rasanya sulit ya untuk bahagia sama dia? Apa belum saatnya? Orang-orang bilang semua akan indah pada waktunya. Tapi kapan, diary?

Almira termenung sesaat, memandangi layar handphone nya, entah apa yang sedang ia tunggu. Jam dinding di kamar Almira menunjukkan pukul 00.25 dan saat ini ia masih terjaga. Almira memutuskan untuk memutar lagu-lagu kesukaannya. Hingga akhirnya ia mulai mengantuk, dan tertidur.

*keesokan harinya*

*1 message received*
  From: Dito

Almira yang baru saja bangun tidur melihat notifikasi di handphone nya saat masih setengah sadar. Matanya berkedip sebelah menahan silau dari layar handphone nya.

"Dito?. Ah, salah liat nih gue kayaknya". Ucap Almira dengan suara sengau.

Sesegera mungkin Almira beranjak dari tempat tidurnya dan langsung menuju wastafel untuk membasuh wajahnya. Setelah mengeringkan wajah dengan handuk kecil bergambar stitch kesayangannya, Almira melihat isi pesan yang tadi hanya ia lihat notifikasi nya.

Dito:
"Selamat tangggal 10 Januari :)"

Almira:
"Oh, masih inget kalo ini tanggal 10 Januari, Oh". Balas Almira sinis

Dito:
"Iya, aku inget. Dan akan selalu inget. Iya aku minta maaf karena udah cuekin kamu, kan katanya kamu bosen setiap hari aku tanya hal yang sama, makanya aku diem. Iya aku tau aku salah, karena emang aku selalu salah"

Almira:
"Kesel mah, ya kesel aja, nggak usah ditahan-tahan".

Dito:
"Iya, aku kesel. Makanya aku diem".

Almira:
"Gak taulah, gak mau mikirin".

Hening.....
Semenjak balasan Whatsapp terakhir yang Almira kirim, Dito tak pernah lagi mengabari Almira. Almira pun tak berbuat apa-apa, walaupun  hanya untuk sekedar menjelaskan pada Dito apa yang seharusnya mereka perbaiki.

Satu minggu, dua minggu, tiga minggu, hingga hampir satu bulan Dito tak kunjung memberi kabar. Almira mulai khawatir dan gelisah. Tapi ia tetap saja keras kepala

"Kalau dia gentle pasti dia bisa selesain.semuanya kok". Batin Almira.

*bersambung*

No comments:

Post a Comment