Tuesday, October 29, 2019

Facing My Quarter Life Crisis

Kalau ngerasa sedih, mau nangis ya nangis aja. Sampai kamu ngerasa nggak bisa nangis lagi saking seringnya dikecewakan, mati rasa. Hal itu manusiawi, kok. Termasuk mengeluh, bahkan lelah atas hal-hal yang kamu rasa sudah melampaui batas. Lelah mendengar ungkapan-ungkapan repetitif tanpa makna sebagai suatu kemakluman.

Nggak salah kalau kamu pernah berpikir, buat apa berjuang kalo rasanya berat sebelah? Buat apa berjuang kalo pasanganmu aja nggak meng-appreciate effortmu untuk improve hubungan kalian jadi lebih baik? Hey, please remember that putting yourself first is not selfish. Love yourself first, love otherselves then. Nggak ada salahnya melindungi diri kamu dari hal-hal yang nyakitin, termasuk perilaku pasangan. Gimanapun caranya, kamu punya hak penuh buat reduce hal-hal yang jadi sumber rasa sedihmu saat mulai memasuki quarter life crisis. Karena kalau bukan kamu yang mensupport dirimu sendiri, lantas siapa lagi?

Tujuanku buat tulisan ini, aku cuma pengin ngingetin diriku kalo aku berhak dicintai, sama besarnya dengan upayaku mencintai. Aku berhak diperjuangkan, sama besarnya dengan upayaku memperjuangkan. Aku mau ngingetin diriku kalo keinginanku untuk dapat feedback yang sama dari orang lain itu bukan hal yang salah. Poin terakhir, tentunya aku juga mau ngingetin diriku bahwa orang lain punya hak yang sama untuk tidak memberi "feedback" seperti yang aku inginkan, termasuk pasanganku.

No comments:

Post a Comment