Hei, cinta pertamaku. Senang
melihatmu baik-baik saja setelah bertahun-tahun tak bertemu. Senang melihat
tubuhmu yang tadinya kurus ringkih berubah tambun. Senang melihat senyum konyol
dan selera humormu tak berubah. Dan juga, aku senang melihatmu menjelma jadi
pria dewasa yang teguh memegang prinsip.
Saat kamu berkata ada
banyak gadis yang dekat denganmu dan menyatakan cintanya padamu secara
terang-terangan, jujur aku tak cemburu. Ini pertama kalinya dalam hidupku
merasa setenang ini tentang kamu. Percaya atau tidak, bahkan aku tersenyum saat
kamu bilang hanya ingin bebas sendiri saja tanpa punya hubungan spesial dengan
siapapun. Meski tak bersama denganmu karena kau bilang kita tak bisa seperti
dulu lagi, aku percaya kamu masih menyimpan perasaan untukku walau hanya
sedikit. Bukan rasa percaya diri yang bilang begitu, tapi naluriku.
Meski kamu enggan
mengakuinya, aku tahu kamu masih melakukan beberapa aktivitas yang membuat isi
kepalamu penuh dengan aku. Entah stalking blog pribadiku, akun-akun media sosialku,
hingga mendengarkan beberapa lagu yang membawamu terbang bersamaku ke masa
lalu. Aku mengerti kenapa kamu menekan perasaanmu, menyangkal dan berkelit,
tetap tak ingin jujur. Bahkan berusaha terlihat jahat dengan caption-caption
yang kau unggah dalam foto liburanmu di Instagram. Hatiku sesak, tapi sesaat
kemudian aku tersenyum, menyadari bahwa itu adalah cara yang biasa kau lakukan
agar aku cepat membencimu.
Jujur, aku tak pernah
punya rencana menyayangimu dalam waktu selama ini. Semua mengalir begitu saja.
Ada masa di mana aku sama sekali tak memikirkanmu, entah itu karena sibuk
menyukai orang lain dengan mencari tahu banyak hal tentangnya, atau menonton
beberapa episode drama Korea yang menumpuk dalam folder Kdrama di flashdisk-ku
sekaligus. Ada pula masa di mana perasaan itu melekat, seolah tak mau hilang
seperti hari pertama aku menyukaimu. Sekali lagi kukatakan, semua berjalan
begitu saja. Sungguh. Tanpa kurencanakan.
Tanpa kau bicara, aku
tahu bahwa kau hanya ingin fokus menuju pencapaian terbaik dalam hidupmu tanpa
memikirkan hal lain di luar itu termasuk cinta. Dan aku, menghargainya. Aku
yakin, dalam hatimu kau masih percaya konsep takdir, begitu pula denganku. Jika
pada akhirnya kamu tak kembali, it's nothing to lose, karena aku sudah
menyerahkan semuanya pada Allah atas apa yang Ia kehendaki. Aku percaya, hal
terbaik sudah Allah rencanakan untuk kita. Mungkin saja, kebersamaan kita
bukanlah hal yang baik bagi satu sama lain menurut-Nya. Tapi, jika suatu saat
kita ditakdirkan bertemu kembali karena rasa yang masih kita simpan rapat-rapat
dalam doa, itu artinya, penantian dan waktu yang kita lalui secara terpisah
adalah jalan menuju kebersamaan yang mungkin akan lebih kita hargai nantinya.
Jadi saat ini,
membantumu fokus meraih impianmu secara diam-diam mungkin adalah yang terbaik.
Karena bagiku, menyayangimu masih bisa kuteruskan dengan doa agar kau meraih
segala yang kau impikan dalam hidupmu. Dan juga, dengan meneruskan hidupku
dengan baik, tanpa banyak berekspektasi bagaimana hubungan kita di masa depan.
No comments:
Post a Comment